Zelensky Pertimbangkan Mundur untuk Jaminan Keanggotaan NATO dan Perdamaian Ukraina

· 4 min read
dynasty4dtoto-gifoasistogel-gif
Presiden Zelensky Siap Mundur, Ditukar Keanggotaan NATO untuk Ukraina

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan kesediaannya untuk mundur dari jabatannya jika hal itu dapat menjamin perdamaian bagi Ukraina dan memastikan keanggotaan negara tersebut dalam NATO. Dalam pernyataan yang disampaikan pada konferensi pers pada 23 Februari 2025, Zelensky menyatakan bahwa ia siap melepaskan posisi kepresidenannya jika itu diperlukan untuk mencapai solusi damai dan keamanan jangka panjang bagi negaranya.

Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan hubungan antara Zelensky dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang kembali menjabat setelah pemilu 2024. Trump, yang sebelumnya menilai bahwa masa jabatan Zelensky seharusnya berakhir pada tahun 2024 sesuai dengan konstitusi Ukraina, secara terbuka mengkritik kepemimpinan Zelensky, bahkan menyebutnya sebagai seorang "diktator". Trump juga mendesak agar pemilu segera diadakan, meskipun kondisi darurat perang akibat invasi Rusia masih berlaku.

Zelensky menegaskan bahwa pemilu tidak dapat dilaksanakan selama status darurat perang masih berlaku di Ukraina, yang dimulai sejak Rusia menginvasi negara tersebut pada Februari 2022. Ia juga membantah klaim Trump tentang rendahnya tingkat popularitasnya, yang dikatakan hanya 4%, dengan merujuk pada hasil survei yang menunjukkan bahwa 63% rakyat Ukraina masih mendukungnya.

Meski hubungan dengan Trump semakin tegang, Zelensky mengungkapkan keinginannya agar Trump bisa menjadi mitra strategis bagi Ukraina dalam upaya menghadapi Rusia, bukan hanya berperan sebagai mediator. "Saya ingin Trump lebih dari sekadar mediator... Itu tidak cukup," tegas Zelensky.

Selain tantangan politik, Zelensky juga menghadapi tuntutan ekonomi dari Amerika Serikat. Pemerintah AS meminta Ukraina memberikan sebagian besar sumber daya mineral utama negara tersebut sebagai bentuk pembayaran untuk bantuan militer dan ekonomi yang telah diberikan selama konflik. Namun, Zelensky dengan tegas menolak kesepakatan yang dapat menjebak Ukraina dalam utang jangka panjang.

Sejak perang dimulai, AS telah memberikan bantuan senilai lebih dari US$67 miliar dalam bentuk senjata dan US$31,5 miliar dalam bantuan ekonomi langsung. Namun, Zelensky menekankan bahwa Ukraina tidak akan menerima kesepakatan yang akan membebani generasi mendatang dengan utang besar. "Saya tidak akan menandatangani sesuatu yang harus dibayar oleh 10 generasi Ukraina mendatang," katanya.

Kesepakatan yang diajukan oleh AS mencakup hak eksplorasi atas 50% cadangan mineral Ukraina yang sangat bernilai, termasuk grafit, uranium, titanium, dan lithium. Sumber daya ini sangat dibutuhkan dalam industri kendaraan listrik dan teknologi tinggi. Namun, Zelensky menekankan bahwa apapun kesepakatannya, jaminan keamanan bagi Ukraina harus menjadi bagian penting dari perjanjian tersebut.

Menteri Ekonomi Ukraina, Yuliia Svyrydenko, juga menyatakan bahwa sekitar 18% dari wilayah Ukraina yang kini diduduki Rusia diperkirakan memiliki cadangan mineral senilai lebih dari US$350 miliar. Ukraina saat ini sedang melakukan studi geologi untuk memperbarui data terkait potensi sumber daya alam tersebut.

Dengan terus berkembangnya tantangan politik dan ekonomi, Zelensky tetap fokus pada tujuan utama: memastikan kedaulatan Ukraina dan masa depan yang aman bagi rakyatnya, serta mencari solusi yang memungkinkan Ukraina bergabung dengan NATO tanpa harus terbelenggu utang yang memberatkan negara di masa depan.

Logo
Copyright © 2025 Satu Berita. All rights reserved.