Ayah di Sibolga Gali Runtuhan Longsor dengan Cangkul Demi Temukan Anak dan Istrinya

· 3 min read
dynasty4dtoto-gifoasistogel-gif
Di Sibolga, seorang ayah menggali puing longsor dengan cangkul untuk mencari jasad anak dan istrinya, memperlihatkan besarnya duka para korban bencana.

Bencana tanah longsor yang melanda Kota Sibolga pada Selasa (25/11/2025) menghapus seluruh keluarga Doris (33), warga Jalan Murai, Desa Aek Manis, Kecamatan Sibolga Selatan. Dalam tragedi itu, Doris kehilangan istrinya yang sedang hamil lima bulan, anak semata wayang, serta tiga adik kandungnya. Hanya Doris yang selamat karena saat kejadian ia tengah berada di masjid menunaikan shalat Maghrib, atas permintaan terakhir sang istri.

Doris mengisahkan hujan deras mengguyur kawasan itu selama dua hari, namun saat longsor terjadi, cuaca justru sudah mereda. Hingga akhirnya, setelah shalat Maghrib, ia mendengar dentuman keras yang semula dikira petir. Ketika bergegas pulang, ia menemukan rumahnya telah tertimbun tanah setinggi tiga meter. Seluruh anggota keluarganya hilang dalam sekejap.

Di rumah itu, enam orang tinggal bersama: istrinya Irma Yani Marbun, yang sedang mengandung, anak mereka yang masih duduk di kelas 3 SD, serta tiga adik Doris. Tidak satu pun dari mereka berhasil menyelamatkan diri.

Keesokan harinya, Doris bersama beberapa warga nekat melakukan pencarian manual menggunakan cangkul. Dalam pencarian itu, ia menemukan jasad salah satu adiknya. Anggota keluarga lain baru dapat ditemukan setelah alat berat dikerahkan oleh petugas pada hari berikutnya. Seluruh jenazah berhasil dievakuasi dan dimakamkan pada Rabu tengah malam sekitar pukul 00.30 WIB.

Di tengah duka mendalam, Doris mengaku kecewa karena pihak RSU FL Tobing tetap membebankan biaya pemulasaraan jenazah kepadanya, mulai dari kain kafan hingga ambulans. Ia mengira biaya tersebut akan ditanggung negara mengingat mereka adalah korban bencana. “Pada saat itu uang enggak ada, uang tertimbun semua. Masa sudah musibah begini diminta uang lagi,” keluhnya.

Karena tidak memiliki apa pun, Doris terpaksa meminjam uang dari kerabat dan tetangga untuk memakamkan keluarganya. Ia menghabiskan sekitar Rp 3 juta hanya untuk membawa pulang jenazah dan mengurus pemakaman mereka. Kini, ia mengungsi di rumah kerabat di Jalan Selamat, Kotaremaja, tanpa membawa apa pun selain pakaian yang melekat pada tubuhnya saat bencana terjadi.

Doris, yang sehari-hari bekerja sebagai kurir ekspedisi, berharap bisa segera kembali bekerja meski harus memulai hidup dari nol. Namun ia mengaku kebingungan karena seluruh barang miliknya hilang tertimbun tanah. “Celana pun enggak punya, uang tak ada. Pengen kerja lagi, tapi kek mana ya,” ucapnya lirih.

Hingga kini, Doris belum tahu ke mana hidupnya akan berlabuh setelah kehilangan keluarga dan seluruh harta bendanya. Ia hanya duduk di sisi Jalan Murai bersama warga lain, menyaksikan proses pencarian korban longsor yang masih berlangsung.

Logo
Copyright © 2025 Satu Berita. All rights reserved.