Austria dikejutkan oleh kabar tragis dari sebuah sekolah di kota Graz. Apa yang seharusnya jadi hari biasa, penuh tawa dan tugas-tugas sekolah, berubah jadi mimpi buruk. Seorang pria—yang ternyata adalah mantan murid sekolah tersebut—datang, tapi bukan membawa cerita masa lalu, melainkan senjata.
Dalam waktu singkat, 10 orang kehilangan nyawa dalam insiden yang mengguncang tidak hanya Austria, tapi juga dunia. Polisi menemukan pelaku tewas di tempat, dan mengonfirmasi bahwa dia adalah mantan siswa berusia 21 tahun. Nama belum dirilis ke publik, tapi identitasnya sudah cukup membuat para guru dan teman seangkatannya mengingat kembali wajah yang pernah mereka kenal.
Pelaku diduga membawa dua senjata api yang dimilikinya secara legal. Bagaimana bisa seseorang semuda itu punya akses ke senjata? Nah, itu sekarang jadi pertanyaan besar yang sedang didalami oleh pihak berwenang. Beberapa media lokal menyebutkan bahwa pelaku juga meninggalkan surat, tapi isinya belum dibocorkan.
Warga kota Graz, yang biasanya tenang dan damai, kini berubah muram. Orang-orang berkumpul di depan sekolah, menyalakan lilin, menaruh bunga, dan berdoa. Satu hal yang pasti: ini bukan hari yang akan mudah dilupakan.
Pemerintah Austria menetapkan masa berkabung nasional. Dan media sosial? Langsung dibanjiri ucapan duka cita, doa, dan tentu saja… pertanyaan: kenapa ini bisa terjadi lagi? Bukankah sekolah seharusnya jadi tempat paling aman setelah rumah?
Tragedi ini bukan cuma tentang pelaku dan korban, tapi juga tentang sistem. Tentang bagaimana kita memperlakukan kesehatan mental. Tentang bagaimana kita mendengarkan anak-anak muda yang diam-diam menyimpan banyak beban.
Mudah untuk marah. Tapi semoga dari marah itu, muncul gerakan. Muncul perubahan. Karena kita semua tahu: satu kehilangan karena kekerasan itu sudah terlalu banyak.