Sepekan terakhir, banjir besar melanda Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, dengan ketinggian air mencapai satu hingga lima meter. Tingginya air membuat akses ke berbagai lokasi terputus, sehingga warga banyak yang terjebak di rumah dan beberapa bahkan hanyut di sungai. Para relawan pun harus bekerja keras untuk menjangkau mereka dengan perahu karet maupun perahu nelayan yang dikerahkan ke titik-titik terisolasi.
Taufik, relawan dari Palang Merah Indonesia (PMI) Aceh Utara, menceritakan perjuangan mereka. “Kami bersyukur bisa menyelamatkan satu warga yang hanyut di Sungai Bungkah, Kecamatan Muara Batu. Seluruh relawan bekerja 24 jam untuk menjangkau korban, baik yang terjebak di atap rumah maupun di lantai dua toko. Sampai saat ini, belum semua korban bisa kami jangkau,” ujarnya, Jumat (28/11/2025).
Kendala terbesar yang dihadapi tim relawan adalah terbatasnya jumlah perahu dan derasnya debit air. Kepala Dinas Sosial Kabupaten Aceh Utara, Fakhrurradhi, menambahkan, akses menuju gudang bantuan terendam sehingga distribusi makanan dan logistik menjadi sulit. “Kami tetap siaga dan memantau kondisi debit air. Jika memungkinkan, kami akan segera mendistribusikan makanan. Kami sudah maksimal bekerja 24 jam dalam kondisi banjir ini,” katanya.
Banjir di Aceh Utara bukan satu-satunya yang terdampak. Beberapa daerah lain di Aceh, seperti Kabupaten Aceh Timur, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Bireuen, Kota Langsa, Pidie, dan Pidie Jaya, juga mengalami banjir parah. Kondisi ini membuat upaya evakuasi dan bantuan kemanusiaan menjadi tantangan besar, namun para relawan tetap berjuang demi menyelamatkan warga yang terjebak dan memastikan bantuan sampai ke tangan mereka.
Kisah para relawan ini menunjukkan dedikasi tinggi dan kerja keras tanpa henti, bahkan di tengah derasnya arus dan kondisi yang berbahaya, demi memastikan keselamatan masyarakat terdampak banjir di Aceh Utara.
