Rayen Pono: “Permintaan Maaf Ahmad Dhani? Ah, Itu Cuma Formalitas MKD”

· 2 min read
dynasty4dtoto-gifoasistogel-gif
Rayen Pono Sebut Permintaan Maaf Ahmad Dhani Tak Tulus: Dia Sombong

Seolah menjadi drama politik-musik yang tak pernah habis episodenya, nama Ahmad Dhani kembali menghiasi headline. Kali ini, bukan karena album baru atau aksi panggung, tapi karena... lidahnya yang "tergelincir". Ya, sebut saja itu fenomena selip lidah yang “kebetulan” menyentuh ranah suku, nama marga, dan tentu saja, martabat.

Setelah Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) resmi menyatakan Dhani melanggar kode etik pada 7 Mei 2025, sang musisi-politisi pun akhirnya “minta maaf”. Tapi, menurut Rayen Pono, permintaan maaf itu bukanlah dari hati, melainkan dari... ya, tekanan lembaga dewan. "Ahmad Dhani nggak minta maaf sama saya kok, dia minta maaf di media karena disuruh MKD. Itu aja," tegas Rayen, blak-blakan.

Kalau permintaan maaf itu ibarat surat cinta, mungkin Rayen bahkan belum sempat baca namanya di situ. Karena, ya memang tidak ada. “Dia nggak sebut nama saya, hanya bilang ‘terlapor’,” ujar Rayen. Mungkin Ahmad Dhani pikir, menyebut marga orang secara keliru dan menyakitkan bisa selesai dengan permintaan maaf yang sifatnya... copy-paste dari skrip MKD?

Rayen yang dikenal lewat lagu “Cinta Dari Timur” tampaknya tidak terbuai oleh melodrama permintaan maaf itu. Bahkan, ia menilai Dhani lebih rela menjalani proses hukum ketimbang menundukkan ego dan mengakui salah secara pribadi. “Orang sombong kayak Ahmad Dhani nggak akan minta maaf. Yakin saya,” katanya dengan nada yakin—dan mungkin sedikit muak.

Laporan hukum pun terus bergulir, tak terhentikan oleh sekadar ucapan “maaf” yang terasa seperti formalitas pembaca berita. Rayen dan tim kuasa hukumnya telah melaporkan Dhani ke Bareskrim Mabes Polri dengan dugaan diskriminasi ras dan etnis. Pasal-pasal yang dikenakan cukup lengkap untuk membuat siapa pun berpikir dua kali sebelum bermain-main dengan marga seseorang.

Jadi, apakah drama ini akan berakhir damai? Sepertinya belum. Karena di dunia nyata, tidak semua konflik selesai dengan “maaf ya, tadi selip lidah.” Kadang, lidah yang tergelincir memang perlu ditegur hukum—bukan hanya oleh MKD, tapi juga oleh hati nurani. Jika masih ada, tentu saja.

Logo
Copyright © 2025 Satu Berita. All rights reserved.